Filsafat Pendidikan

FILSAFAT PENDIDIKAN

In Artikel, Esai, Mazhab, Thareqat on December 16, 2010 at 7:07 pm
Para filosofi Yunani yang pertama tidak lahir di tanah air sendiri, melainkan di tanah perantauan di Asia minor. Dahulu kala penduduk Yunani senang merantau karena tanahnya tidak subur dan sepanjang daratan dilalui oleh bukit barisan, serta teluk-teluknya banyak yang menjorok ke laut sehingga tidak baik untuk tempat tinggal.
  1. Pandangan, Pemikiran Dan Sejarah Hidup Filosof Yunani Pra-Socrates
Para filosofi Yunani yang pertama tidak lahir di tanah air sendiri, melainkan di tanah perantauan di Asia minor. Dahulu kala penduduk Yunani senang merantau karena tanahnya tidak subur dan sepanjang daratan dilalui oleh bukit barisan, serta teluk-teluknya banyak yang menjorok ke laut sehingga tidak baik untuk tempat tinggal.
Waktu luang banyak dipergunakan oleh para perantau tersebut untuk memperkuat kemuliaan hidup dengan seni dan mengembangkan buah pikiran. Itulah sebabnya Miletos di Asia Minor menjadi tempat kelahiran para filosof-filosof Yunani pertama seperti: Thales, Anaximandros dan Anaximenes. Mereka disebut Filosof Alam sebab tujuan filsafat mereka ialah memikirkan masalah alam besar dan dari mana terjadinya alam.
Pemikiran demikian merupakan pemikiran yang sangat maju, rasional dan radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang hanya menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang dapat ditangkap oleh indranya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Di lain pihak orang cukup puas menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang, mitos dan legenda.
a. Thales
  • Filosof alam pertama adalah Thales yang hidup pada abad ke 6 sebelum Masehi. Di kalangan  orang-orang Yunani pada waktu itu ia dikenal sebagai salah seorang hoi liepta saplioi yaitu tujuh orang yang bijaksana, atau the seven wise men atau Al-Hukania as-Sab’ah
  • Thales adalah seorang saudagar yang sering berlayar ke negara Mesir, ia menemukan ilmu ukur dari mesir dan membawanya ke Yunani. Thales juga memiliki ilmu tentang cara mengukur tinggi piramid-piramid dari bayangannya, cara mengukur jauhnya kapal di laut dari sebuah pantai, Thales juga mempunyai teori tentang banjir tahunan Sungai Nil di Mesir. Bahkan ia juga berhasil meramalkan terjadinya gerhana matahari pada tanggal 28 Mei tahun 585 Sebelum Masehi
  • Meneurut Thales asal mula alam ini adalah air. Air adalah pusat dan sumber segala yang ada atau pokok dari segala sesuatu. Segala sesuatu berasal dari air dan kembali ke air. Menurut Thales tumbuh-tumbuhan dan binatang lahir dari tempat yang lembab, bakteri-bakteri yang hidup berkembang di daerah yang lembab, bakteri memakan sesuatu yang lembab dan kelembaban berasal dari air. Dari air itulah terjadi tumbuh-tumbuhan dan binatang, bahkan tanahpun mengandung air.
  • Bagi Thales semua kehidupan berasal dari air, bahkan air berasal dari air. Air adalah causa prima dari segala yang ada dan yang jadi. Di awal air dan di ujung air, atau dengan perkataan filosofis air adalah substrat (bingkai) dan substansi (isi). Bertitik tolak dari pemikiran tersebut tak ada jarak pemisah antara hidup dengan mati semuanya satu
  • Naluriah imanen Thales adalah animisme yang memepercayai bahwa bukan hanya yang hidup saja  yang mempunyai jiwa, tetapi juga benda mati mempunyai jiwa. Aristoteles menamakan pendapat Thales yang menyakan bahwa jagad raya ini memiliki jiwa dengan nama hylezoime. [1]
b. Anaximandros
  • Anaximandros adalah murid Thales. Masa hidupnya disebut orang dari tahun 610-547 sebelum Masehi. Ia lima belas tahun lebih muda dari Thales, tetapi meninggal dunia dua tahun lebih dulu
  • Ia tidak menerima apa saja yang diajarkan oleh gurunya ttg asal usul kehidupan, yang dapat diterima akalnya ialah bahwa yang asal itu satu, tidak banyak, tetapi yang satu itu bukan air
  • Menurut pendapatnya, barang asal itu tidak berhingga dan tidak berkeputusan. Ia bekerja selalu dengan tiada henti-hentinya  yang disebutnya dengan“Apeiron”. Apeiron itu tidak dapat dirupakan, tak ada persamaannya dengan salah satu barang yang kelihatan di dunia ini
  • Dari Apeiron keluar bermula yang panas dan yang dingin. Yang panas membalut yang dingin, sehingga yang dingin itu terkandung di dalamnya. Sebab itu yang dingin itu menjadi bumi. Dan dari yang dingin itu timbul pula yang cair dan yang beku sebagai dua belah yang bertentangan. Api yang membalut yang bulat tadi pecah pula, dan pecahan-pecahannya itu berputar-putar seperti jalan roda. Karena putarannya itu timbullah di antaranya berbagai lubang. Pecahan-pecahan api itu terpisah-pisah, dan menjadi matahari, bulan dan bintang.
  • Makhluk pertama kali yang tercipta adalah makhluk yang hidup di air
  • Manusia bermula tak serupa dengan manusia sekarang, sebab orang yang dilahirkan dalam bentuk bayi sekarang memerlukan asuhan orang lain bertahun-tahun lamanya,. Menurut Anaximandros makhluk seperti itu tidak bisa hidup pada permulaan penghidupan di atas dunia ini. Pada penghidupan bermula itu satu-satunya yang sanggup menolong dirinya sendiri dengan segera, sejak dari lahirnya hanyalah makhluk seperti  ikan. Ikan sejak dilahirkan sanggup menghidupi dirinya sendiri tanpa bantuan dari yang lainnya
  • Kelebihan pandangan  Anaximandros dibandingkan gurunya (Thales) adalah Thales beranggapan bahwa barang yang asal itu salah satu dari yang lahir, yang tampak, yang juga berhingga, sedangkan Anaximandros meletakkan bahwa barang asal itu adalah sesuatu yang tak berhingga dengan tiada dapat diserupai [2]
c.   Anaximenes
  • Anaximenes hidup dari tahun 585-528 SM. Dia adalah filosofi alam yang terakhir hidup di Miletos. Akhir kemajuan filosofi itu tidak lama setelah ia meninggal. Pada tahun 494 S.M. kota Miletos diserang dan ditaklukkan oleh Persia. Karena itu banyak ahli-ahli pikir lari dari tempat tersebut. Dengan kepergian para filosof itu lenyaplah kebesaran Miletos sebagai pusat pengajaran filosofi alam
  • Anaximenes adalah murid Anaximandros jadi tak mengherankan, jika pandangan-pandangannya tentang kejadian alam ini sama dasarnya dengan pandangan gurunya
  • Sebagaimana jiwa kita, yang tidak lain daripada udara, menyatukan tubuh kita, demikian pula udara mengikat dunia ini jadi satu
  • Di sinilah buat pertama kali pengertian jiwa masuk ke dalam pandangan filosofi. Hanya Anaximenes tidak melanjutkan pikirannya kepada soal penghidupan jiwa, karena penghidupan jiwa terletak di luar grafis filosofis alam, yang mencari sebab penghabisan daripada alam ini
  • Menurutnya segala sesuatu terjadi dari udara. Gerakan udara yang telah menciptakan keragaman alam. Udara adalah causa prima dari segala yang ada. Oleh sebab itu gerak udaralah yang menjadi sebab terjadinya segala sesuatu.
d. Herakleitos
  • Herakleitos lahir di kota Ephesos di Asia Minor. Masa hidupnya kira-kira dari tahun 540-480 sebelum Masehi
  • ia juga mengatakan satu saja anasir yang asal, yang menjadi pokok alam dan segala-galanya, anasir yang asal itu menuruti pendapatnya api.
  • segala perubahan dikuasai oleh hukum dunia yang satu: logos. Logos artinya pikiran yang benar. Dari itu timbul kemudian perkataaan “logika”.
  • Logos itulah juga yang menjadi dasar (norma) perbuatan manusia.
  • Logos itu kekal selama-lamanya jadi tak ada gunanya usaha ditujukan kepada mencari asal segala yang ada, seperti yang dilakukan oleh filosof-filosof alam karena logos itu berkuasa, adalah suatu bukti yang tidak perlu lagi dicari keterangannya. Susunan dunia ini, yang serupa bagi segala makhluk setiap masa, tidak dijadikan oleh siapa juga, ia ada selama-lamanya. Ia itu adalah sebagai api yang hidup selalu, yang menyala dan padam berganti-ganti. Perjalanan dunia ini, yang beredar senantiasa, tidak bermula dan tidak bekesudahan. Dunia selalu dalam kejadian, sebab tak ada kuasa di luarnya yang sanggup menahan kemajuannya. Dunia bergerak senantiasa. Sebab ia mengandung hukumnya, logosnya, dalam dadanya sendiri. Sebab itu pula kemajuan berlaku menurut irama yang tetap.

e.  Pythagoras
  • Pythagoras dilahirkan di Samos antara tahun 580-570 SM Kemudia ia bermigrasi ke daerah koloni Grik di bagian selatan Italia Pada tahun 529 SM karena sikap oposisinya terhadap pemerintahan tirani dibawah pemerintahan Plykrates.
  • Menurut kepercayaan Phytagoras manusia itu asalnya Tuhan. Jiwa itu adalah penjelmaan dari Tuhan yang jatuh ke dunia karena berdosa dan akan kembali kedalam lingkungan Tuhan bermula apabila dosanya talah habis dicuci di bumi. Hidup murni adalah jalan untuk menghapus dosanya itu dan diperoleh jika jiwa itu berulang-ulang turun ke tubuh makhluk terlebih dahulu dan pensucian jiwa juga dapat dilakukan dengan berpantangan jenis makanan tertentu makan ikan, daging, kacang.
  • Falsafah pemikirnnya banyak dilhami oleh rahasia angka-angka. Pythagoras beranggapan bahwa hakikat dari segala sesuatu adalah angka. Benda dari benda lain dibatasi eleh angka. Kita menentukan segala sesuatu dengan bilangan, batas, bentuk dan angka dalam pengertiannya adalah sesuatu yang sama. Segala sesuatu dalam alam raya tidak tertentu dan tidak menentu benda atau materi adalah sesuatu yang tidak tertentu, segala hal setelah memiliki batas bentuk dan angka akan menjadi tentu dan pasti.[3]
f. Perminides
  • Perminides adalah seorang filosof asal Elea yang dilahirkan pada tahun 540 SM. Ia terkenal sebagai orang besar karena seorang yang ahli politik dan pernah memangku jabatan pemerintahan dan ia juga terkenal sebagai ahli piker melebihi siapa saja pada masanya
  • Filsafat Perminides menyatakan bahwa yang relitas dalam alam ini hanya satu, tidak bergerak, tidak berubah dasar pemikirannya, yag ada itu ada, musthil tidak ada. Perubahan itu berpindah dari ada menjadi tidak ada, itu mustahil sebagaimana mustahilnya yang tidak ada menjadi ada
  • Permides mengatakan bahwa kebenaran adalah satu, namun berbeda-beda bergantung kepda subjek yang mengatakannya. Segala kebenaran dapat dicapai dengan logika. Yang ada adalah ada, dan yang tak ada adalah tak ada. Yang tak mungkin tidak ada, dan yang tak mungkin mustahil menjadi ada. Dunia ini tidak bertambah dan tidak berkurang, perubahan yang tampak adalah tipuan belaka [4]

g. Leukippos
  • Leukippos (± 540 SM) adalah seorang ahli pikir yang mengajarkan tentang atom. Menurutnya tiap benda terdiri dari atom Atom adalah benda yang sangat kecil sehingga tidak dapat dibagi-bagi lagi.
  • Faham Leukippos bahwa atom itulah yang ada, tetap dan tak berubah-ubah. Seperti faham gurunya (perminides) ia juga menganggap tidak mungkinnya ada penciptaan dan pemusnahan mutlak, tetapi tidak menolak tentang banyak, bergerak, lahir kedunia dan menghilang yang tampak pada segala sesuatu.
  • Semua pada hakikatnya adalah hakikat, dan semua yang ada adalah hakikat. Hakikat itu ada yang ada dan yang tiada. Keberadaan dan ketiadaan wujud aslinya sama, hanya realitasnya yang berbeda. Oleh karena itu, tidak akan ada jika tidak ada yang tidak ada, karena ada dan tidak ada sebagai hukum alam yang sebenarnya.[5]
h. Demokritos
  • Eduward Teller (460-360 SM) atau Demokritos adalah murid dari Leukippos sehingga pandangannya tidak berbeda jauh dengan gurunya bahwa alam itu terdiri dari atom-atom yang bergerak terus tanpa akhir dan jumlahnya sangat banyak.
  • Demokritos sepandapat dengan Herakleitos bahwa anasir yang pertama adalah api. Api terdiri dari atom yang sangat halus, hitam dan bulat. Atom apilah yang menjadi dasar dalam segala yang hidup. Atom api adalah jiwa yang tersebar ke seluruh badan yang menyebabkan kita bergerak .

i.  Zeno
  • Zeno lahir tahun 490 SM di Elea. Ia menjadi terkenal karena ketangkasan perkataan dan ketajaman pikirannya. Zeno termasuk salah seorang dari murid Perminides.
  • Ia mempertahankan filsafat gurunya tidak dengan meyambung keterangan atau menambahkannya, melainkan dengan mengembalikan keterangan terhadap dalil-dalil  orang-orang yang membantah pendapat gurunya
  • Ia membantah teori tentang gerak,  Tidak dapat dibantah bahwa barang yang bergerak setiap saat, sekalipun seperseribu detik lamanya badan yang bergerak itu ada pada suatu tempat sepanjang jalan yang dilaluinya.

  1. B. Pandangan, Pemikiran Dan Sejarah Hidup Filosof Socrates
Socrates dilahirkan di Athena ( 470 S.M – 399 SM). Dia bukan keturunan bangsawan atau orang berkedudukan tinggi. Melainkan anak dari seorang pemahat bernama Sophroniscus dan ibunya seorang bidan bernama Phaenarete. Setelah ayahnya meninggal dunia, Socrates manggantikannya sebagai pemahat. Tetapi akhirnya ia berhenti dari pekerjaan itu dan bekerja dalam lapangan filsafat dengan dibelanjai oleh seorang penduduk Athena yang kaya. dari sinilah Socrates menamakan metodenya berfilsafat dengan metode kebidanan nantinya. Socrates beristri seorang perempuan bernama Xantippe dan dikaruniai tiga orang anak.[6]
Socrates dikenal sebagai seorang yang tidak tampan, berpakaian sederhana, tanpa alas kaki dan berkelilingi mendatangi masyarakat Athena berdiskusi soal filsafat. Dia melakukan ini pada awalnya didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang didengar seorang kawannya dari Oracle Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih bijak dari Socrates. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling membuktikan kekeliruan suara tersebut, dia datangi satu demi satu orang-orang yang dianggap bijak oleh masyarakat pada saat itu dan dia ajak diskusi tentang berbagai masalah kebijaksanaan.
  1. 1. Pemikiran Filsafat Socrates (Moh. Hatta)
Socrates tidak pernah menuliskan filosofinya, jika diperhatikan malahan ia tidak pernah mengajarkan filosofi melainkan hidup berfilosofinya. Bagi dia filosofi bukan isi, bukan hasil bukan ajaran yang berdasarkan dogma melainkan fungsi yang hidup. Disini berlainan pendapatnya dengan guru-guru sophis yang mengajarkan bahwa semuanya relatife dan subyektif dan harus dihadapi dengan pendirian skeptic, Socrates berpendapat bahwa kebenaran itu tetap dan harus dicari.
Dalam mencari kebenaran ia tidak memikir sendiri melainkan setiap kali ia berdua dengan orang lain dengan jalan tanya jawab dan metodenya disebut maieutik. Menguraikan seolah-olah menyerupai pekerjaan ibunya sebagai dukun beranak.
Karena Socrates mencari kebenaran yang tetap dengan Tanya jawab sana dan sini, yang kemudian dibulatkan dengan pengertian, jalan yang ditempuhnya ialah metode induksi dan defenisi. Keduanya bersangkut paut, induksi menjadi dasar defenisi
Induksi dimaksud berlainan artinya dengan induksi sekarang. Menurut induksi paham sekarang, adalah penyelidikan yang memperhatikan kajian umum yang dikumpulkan, dibentuklah pengertian yang berlaku umum. Induksi yang  menjadi metode Socrates adalah membandingkan secara kritis. Bukan kebenaran umum yang dicarinya, melainkan mencoba mencapai kebenaran dengan contoh dan persamaan, dan mengujinya pula dengan saksi dan lawan saksi. Seperti disebut di atas, dari lawannya dalam dialog, yang masing-masing terkenal sebagai pakar dibidangnya. Ketika berdialog tentang defenisi “berani” indah”. Pengertian yang diperoleh itu diujikan kepada beberapa keadaan atau kejadian yang nyata. Apabila dalam pasangan itu, pengertian dimaksud tidak mencukupi, dari ujian itu dicari perbaikan defenisi. Defenisi yang tercapai dengan cara begitu diuji pula sekali lagi untuk mencapai perbaikan yang lebih sempurna. Demikian seterusnya, plato muridnya melanjutkan metode Socrates, mencari pengetahuan yang sebenar-benarnya dengan mendialogkannya bersama lawan diskusinya.[7]
  1. 2. Pemikiran Filsafat Socrates (K. Bertens)
Bahwa semua kebenaran itu relatif telah menggoyahkan teori-teori sains yang telah mapan mengguncangkan keyakinan agama. Inilah yang menyebabkan kebingungan dan kekacauan dalam kehidupan. Inilah sebabnya Socrates harus bangkit ia harus meyakinkan orang Athena bahwa tidak semua kebenaran yang umum yang dapat dipegang oleh semua orang. Sebagian kebenaran memang relatif tetapi tidak semuanya. Sayangnya Socrates tidak meninggalkan tulisan. Ajaran kita proleh dari tulisan-tulisan muridnya terutama plato, kehidupan Socrates (470-399 SM) berada ditengah-tengah keruntuhan imperium Athena. Tahun terakhir hidupnya sempat menyaksikan keruntuhan Athena oleh kehancuran orang-orang Oligarki dan orang-orang Demokratis.
Bertens (1975; 85-92) menjelaskan ajaran Socrates sebagai beikut ini. Ajaran ini ditujukan untuk menentang ajaran relatifisme sophis. Ia ingin menegakkan sains dengan agama. Socrates memulai filsafatnya dengan bertolak dari penglaman sehari-hari akan tetapi ada perbedaan yang sangat penting antara sophis dan Socrates; Socrates tidak menyetujui relatifisme kaum sophis.
Socrates mengatakan kebenaran umum itu memang ada. Ia bukan dicari dengan induksi seperti pada Socrates, melainkan telah ada “ disana ” dialam idea. Kubu Socrates semakin kuat, orang sofis sudah semakin kehabisan pengikut. Ajaran behwa kebenaran itu relatif semakin ditinggalkan, semakin tidak laku, orang sofis kalap, lalu menuduh Socrates merusak mental pemuda dan menolak Tuhan – Tuhan. Socrates diadili oleh hakim Athena. Ia dijatuhi hukuman mati. Seandainya Socrates memilih hukuman dibuang keluar kota, tentu hukuman itu diterima oleh hakim tersebut, tetapi Socrates tidak mau meninggalkan kota asalnya. Socrates menawarkan hukuman denda 30 mina ( mata uang Athena waktu itu ).
Konsepnya tentang roh, terkenal tidak tentu ( indeterminate ) dan berpandangan terbuka ( openminded ), jelas – jelas tidak agamis dan terlihat tidak mengandalkan doktrin – doktrin metafisik atau teologis. Juga tidak melibatkan komitmen – komitmen naturalistik atau fisik apapun, seperti pandangan tradisional bahwa roh adalah “ nafas ” yang menghidupkan. Sebenarnya juga tidak jelas bahwa ia sedang mencari kesepakatan bagi pendapatnya bahwa telah mengetahui dirinya sendiri. Sebab itu haruslah dia mengenal dirinya lebih dulu. Maka dijadikanlah diri manusia oleh Socrates jadi sasaran filsafat, dengan mempelajari substan dan sifat – sifat diri itu. Dengan demikian menurut Socrates filsafat hendaklah berdasarkan kemanusiaan, atau dengan lain perkataan, hendaklah berdasarkan akhlak dan budi pekerti.
Menurut filsafat Socrates segala sesuatu kejadian yang terjadi di alam adalah karena adanya “ akal yang mengatur ” yang tidak lalai dan tidak tidur. Akal yang mengatur itu adalah Tuhan yang pemurah. Dia bukan benda, hanya wujud yang rohani semata – mata. Pendapat Socrates tentang Tuhan lebih dekat kepada akidah tauhid. Dia menasehatkan supaya orang menjaga perintah – perintah agama, jangan menyembah berhala dan mempersekutukan Tuhan
  1. 3. Etik Socrates
Ajaran etik Socrates  dibangun secara rasional dan melukiskan daya intelektualitas yang tinggi. Jika makna budi adalah tahu, antara akal dan hati bersatu saling menopang. Oleh karena itu tidak ada perbuatan yang tidak disengaja, jika diawali dengan budi. Karena pekerjaan dengan  budi berarti pekerjaan dengan akal dan hatinya atau dengan pengetahuannya. Apabila budi adalah tahu, berdasarkan timbangan yang benar, “jahat” hanya datang dari orang yang tidak mengetahui, orang yang tidak mempunyai pertimbangan atau penglihatan yang benar. Orang tersesat adalah korban dari kekhilafannya sendiri, tersesat bukanlah perbuatan yang disengaja, tidak ada orang khilaf atas kemauannya sendiri.
Karena budi adalah tahu, siapa yang tahu akan kebaikan dengan sendirinya terpaksa berbuat baik. Untuk itu perlulah orang pandai menguasai diri dalam segala keadaan. Dalam suka maupun duka. Apa yang pada hakikatnya baik adalah juga baik bagi kita sendiri. Jadi menuju kebaikan adalah jalan yang sebaik-baiknya untuk mencapai kesenangan hidup.
Dari pandangan etik rasional itu, Socrates sampai pada sikap hidup yang penuh dengan rasa keagamaan. Menurut keyakinannya menderita kezaliman lebih baik daripada berbuat zalim. Sikap itu diperhatikannya, dengan kata dan perbuatan dalam pembelaannya di muka bumi. Socrates adalah orang yang percaya kepada tuhan. Alam ini teratur susunannya menurut wujud yang tertentu. Itu katanya adalah tanda perbuatan tuhan. Kepada tuhan dipercayakan segala-galanya yang tak dapat diduga oleh otak manusia. Jiwa manusia itu dipandangnya bagian dari tuhan yang menyusun alam. Sering pula dikemukakanbya, bahwa tuhan itu dirasai sebagai suatu dari dalam, yang menjadi bimbingan baginya dalam segala perbuatannya. Itulah yang disebutnya daimonion. Semua orang bias mendengarkan suara daimonion itu dari dalam jiwanya, apabila ia mau.
Socrates yang relegius, pandangan keagamaannya dipengaruhi oleh paham rasionalisme. Semua itu menunjukkan kebulatan ajarannya yang menjadikannya ia seorang filosof yang lekang oleh zaman. Socrates telah menumpahkan gagasannya tentang kebenaran, yang kemudian dikembangkan oleh murid-muridnya. [8]

  1. C. Pandangan, Pemikiran Dan Sejarah Hidup Plato dan Aristoteles
    1. 1. Filosofi Plato
Plato adalah seorang filosof dari Athena dalam menuangkan karya-karya filosofisnya diwujudkan melalui bentuk dialog. Dikotomi tentang hakikat bahasa” fisei” dan nomos” tertuang dalam dialog cratylus dan hermogenes. Hubungan antara symbol dengan objeknya haruslah natural tidak semata-semata konvensional. Tanpa hubungan natural seperti itu. Dalam persoalan inilah Plato mengemukakan doktrin-doktrinnya yang disebut “ Onomatopoeia” (cassier, 1987:171) dalam[9]. Filsafat bahasa plato inilah yang mampu menjembatani jurang antara nama-nama dengan benda-benda. Ulasan plato terhadap teori yang mengatakan bahwa semua bahasa berasal dari peniruan bunyi-bunyi berakhir dengan ejaan dan karikatur[10]. Sebagaimana Socrates, ia mengunakan metode dialog untuk mengantarkan filsafatnya. Namun, kebenaran umum (defenisi) menurutnya bukan dibuat dengan cara dialog yang induktif sebagaimana cara yang digunakan Socrates. Pengertian umum (defenisi) menurut Plato sudah tersedia disana di alam ide. Menurut pemikiran falsafahnya, dunia lahir adalah dunia pengalaman yang selalu berubah-ubah dan berwarna warni. Semua itu adalah bayangan dari dunia ide. Sebagai bayangan hakikatnya, hanyalah tiruan dari yang asli, yaitu ide. Olehnya itu, dunia pengalaman ini berubah-ubah dan bermacam-macam, sebab hanyalah merupakan tiruan yang tidak sempurna dari ide yang sifatnya bagi dunia pengalaman. (Ahmad Syadali 2004:70 dalam [11]).
Keadaan ide bertingkat-tingkat. Tingkat ide yang tertinggi adalah ide kebaikan, dibawahnya ide jiwa dunia,  yang mengerakan dunia, berikutnya ide keindahan yang menimbulkan seni, ilmu pendidikan, politik. Dengan demikian , jelaslah bahwa kebenaran umum itu memang sudah ada, bukan dibuat melainkan sudah ada didalam ide. Manusia dulu berada di dunia ide bersama-sama dengan ide-ide lainnya dan menenalinya. Manusia di dunia nyata ini jiwanya terkurung oleh tubuh sehingga kurang ingat lagi hal-hal yang dulu pernah dikenalinya di dunia ide. Dengan kepekaan inderanya, terkadang hal-hal yang empiris menjadikan ia teringat kembali yang pernah dikenalnya dulu di dunia ide. Dengan kata lain , pengertian manusia yang membentuk pengetahuan tidak lain adalah ingatan apa yang pernah dikenalinya atau mengerti karena ingat[12].
Sebagai konsep dari pandangannya tentang dunia ide, dalam masalah etika, ia berpendapat bahwa orang yang berpengetahuan dengan pengertian yang bermacam-macam sampai pengertian tentang idenya. Dengan sendirinya akan berbuat baik. Budi adalah tahu, siapa yang tahu akan yang baik, cinta kepada ide menuju kepada yang baik, siapa yang hidup dalam dunia ide tidak akan berbuat jahat. (Ahmad Syadali 2004:70 dalam [13]). Hal yang penting juga untuk diketahui dari filsafat plato adalah pemikiran tentang Negara. Menurutnya dalam tiap-tiap Negara segala golongan dan semua orang adalah alat, semata-mata untuk kesejahteraan semuanya. Kesejahteraan semuanya itulah yang menjadi tujuan yang sebernarnya. Disamping itu menurut plato dalam (Syadali 2004:72) mengatakan bahwa suatu bangsa tidak akan kuat, kalau ia tidak percaya kepada tuhan. Seni yang memurnikan jiwa dan perasaan tertuju kepada yang baik dan yang indah, diutamakan untuk mengerjakanya. Pendidikan ini tidak saja menyempurnakan pandangan agama, tetapi juga mendidik dalam jiwa pemuda tentang berkorban, kesedihan, keberanian menantang maut dari umur 18 sampai 20 tahun pemuda mendapat didikan militer.
Dalam Simposium (Plato beredar prestasi dramatis, yang berisi beberapa pidato keindahan dan cinta), Republik (prestasi tertinggi filsafat Plato, yang merupakan suatu diskusi yang terperinci tentang sifat keadilan). Karya-karya periode berikutnya termasuk Theaetetus (penyangkalan bahwa pengetahuan adalah untuk diidentifikasi dengan persepsi akal), Parmenides (evaluasi kritis teori Formulir), Sofis (pertimbangan lebih lanjut dari teori Ide, atau Formulir), Philebus(sebuah diskusi tentang hubungan antara kesenangan dan kebaikan), Timaeus (Plato pandangan tentang ilmu pengetahuan alam dan kosmologi), dan Hukum (analisis yang lebih praktis isu-isu politik dan sosial).[14]
Teori Bentuk
Di jantung filsafat Plato adalah teori Formulir, atau Gagasan. Pada akhirnya, pandangannya pengetahuan, teori etisnya, psikologi nya, konsep tentang negara, dan perspektif tentang seni harus dipahami dari segi teori ini.
Teori Pengetahuan
teori Plato tentang Bentuk dan teori pengetahuan begitu saling terkait yang mereka harus didiskusikan bersama. Dipengaruhi oleh Socrates, Plato yakin bahwa pengetahuan dapat dicapai. Dia juga yakin dari dua karakteristik penting dari pengetahuan. Pertama, pengetahuan harus yakin dan sempurna. Kedua, pengetahuan harus memiliki objek yang  benar-benar nyata. Karena yang sepenuhnya nyata harus tidak berubah, ia mengidentifikasi nyata dengan dunia ideal yang bertentangan dengan dunia fisik.  Menjadi salah satu konsekuensi dari pandangan ini adalah penolakan Plato dari kelompok empirisme, dimana mereka mengklaim bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman akal. Dia berpikir bahwa proposisi berasal dari pengalaman rasa memiliki. Paling tidak, tingkat probabilitas mereka  tidak tertentu. Selain itu, obyek-obyek pengalaman akal adalah fenomena yang berubah dari dunia fisik. Oleh karena itu, obyek-obyek pengalaman rasa bukan obyek yang tepat sebagai pengetahuan.[15]
Teori Plato tentang pengetahuan ditemukan di Negara, terutama dalam diskusi tentang citra garis dibagi dan mitos gua. dimana Plato membedakan antara dua tingkat kesadaran: opini dan pengetahuan. Klaim atau pernyataan tentang dunia fisik atau terlihat, termasuk pengamatan akal sehat dan proposisi ilmu pengetahuan..Semakin tinggi tingkat kesadaran adalah pengetahuan, karena ada alasan, dan bukan pengalaman akal yang terlibat.  Alasan benar digunakan, menghasilkan wawasan intelektual yang tertentu, dan objek dari wawasan rasional adalah universal berupa bentuk-bentuk abadi atau zat yang merupakan dunia nyata.
Mitos gua menggambarkan individu dirantai jauh di dalam relung gua.  sehingga visi dibatasi, mereka tidak bisa melihat satu sama lain. Satu-satunya hal yang terlihat adalah dinding gua di atas yang muncul bayangan dilemparkan oleh model atau patung binatang dan benda-benda yang nampak saat  api dinyalakan.  salah satu orang lolos dari gua dengan bantuan cahaya matahari, mereka dapat melihat untuk pertama kalinya di dunia nyata dan kembali ke gua dengan menyampaikan  pesan bahwa hal-hal yang  terlihat di dalam goa  adalah merupakan bayangan dan penampilan tentang dunia nyata. Dunia nyata akan menanti mereka jika mereka bersedia berjuang bebas dari ikatan bayangan yang dilambangkan Plato sebagai dunia fisik[16]
Sifat Formulir
Teori Formulir terbaik dapat dipahami dalam hal entitas matematika. lingkaran A, misalnya, didefinisikan sebagai sosok pesawat terdiri dari serangkaian titik, yang semuanya berjarak sama dari suatu titik tertentu. Tidak seorangpun yang pernah benar-benar melihat seperti angka, namun. apa yang dilihat orang benar-benar terlihat digambar. oleh karena itu, Formulir “bundar” ada, tapi tidak dalam dunia fisik ruang dan waktu.  dunia Formulir atau Ide, yang dapat diketahui hanya oleh akal. Formulir memiliki realitas lebih besar dari benda-benda di dunia fisik baik karena kesempurnaan dan stabilitas dan karena mereka model, kemiripan dengan yang memberikan benda-benda fisik biasa apa kenyataan yang mereka miliki. Bundar, lurus, dan triangularity adalah contoh yang sangat baik, kemudian menurut Plato apa yang dimaksud dengan Formulir.  Adalah sebuah objek yang ada di dunia fisik bisa disebut lingkaran atau persegi atau segitiga hanya sejauh yang menyerupai .”[17]
Plato diperpanjang teorinya di luar bidang matematika. Yaitu dalam bidang etika social dimana teori ini menjelaskan bagaimana istilah universal yang sama dapat merujuk hal-hal tertentu atau suatu peristiwa. misalnya, Kata keadilan dapat diterapkan untuk ratusan tindakan tertentu karena tindakan memiliki sesuatu yang sama, yaitu, kemiripan mereka, atau partisipasi dalam, Formulir “keadilan.” Dalam Formulir “kemanusiaan” didefinisikan sebagai hal yang menjadikan hewan rasional. Seorang individu manusia dikatakan ia rasional “kemanusiaan.”. apabila sebuah tindakan tertentu seperti berani atau pengecut yang berpartisipasi dalam Form nya. Sebuah objek yang indah dan selalu berpartisipasi dalam Ide, atau dikenal dengan “Formulir, keindahan.” Segala sesuatu di dunia ruang dan waktu yang didasarkan pada kemiripannya atau partisipasi dalam, Formulir  secara  universal.  Menurut Plato bahwa Formulir tertinggi adalah Formulir yang baik seperti matahari dalam mitos gua yang menerangi semua Ide lain. . Dalam bahasa filosofis, teori Plato tentang Bentuk adalah  suatu epistemologis (teori pengetahuan) dan (teori menjadi) ontologis tesis.[18]
Teori Politik
Negara pekerjaan utama politik menurut Plato berkaitan dengan pertanyaan tentang keadilan dan karena itu dengan pertanyaan “apa adalah negara hanya” dan “yang hanya individu” Negara ideal, menurut Plato, adalah terdiri dari tiga kelas. Struktur ekonomi negara dijaga oleh kelas pedagang,.  kebutuhan keamanan dipenuhi oleh kelas militer, dan kepemimpinan politik yang disediakan oleh filsuf-raja. kelas A (filsuf-Raja) orang tertentu yang ditentukan oleh proses pendidikan yang dimulai sejak lahir dan sampai mencapai tingkat maksimum pendidikan yang kompatibel dengan minat dan kemampuan. Mereka yang menyelesaikan seluruh proses pendidikan menjadi filsuf-raja. Mereka merupakan orang-orang yang pikirannya telah berkembang dan dapat memahami Formulir, untuk membuat keputusan yang paling bijaksana. Memang, sistem pendidikan yang ideal menurut Plato terutama terstruktur sehingga menghasilkan filsuf-raja.[19]
Asosiasi kebajikan Yunani tradisional dengan struktur kelas negara ideal, kesederhanaan adalah kebajikan yang unik dari kelas pengrajin,  keberanian adalah kebajikan yang khas bagi kelas militer; dan kebijaksanaan ciri para penguasa.Keadilan, asosiasi kebajikan terbentuk dari keempat, ciri masyarakat secara keseluruhan. Negara hanya adalah satu di mana setiap kelas melakukan fungsi sendiri-sendiri  dengan baik tanpa melanggar kegiatan kelas-kelas lain. Plato membagi jiwa manusia menjadi tiga bagian: bagian rasional, akan, dan selera. Orang hanya merupakan satu di antaranya unsur rasional, didukung oleh kemauan, mengontrol selera. Sebuah analogi yang jelas ada di sini dengan struktur tiga kelas dari negara, di mana filsuf tercerahkan-raja, didukung oleh tentara, mengatur seluruh masyarakat.[20]
Teori Etika
teori etika Plato bertumpu pada asumsi bahwa kebajikan adalah pengetahuan dan dapat diajarkan, yang harus dipahami dalam hal teorinya tentang Bentuk.Sebagaimana ditunjukkan sebelumnya, Formulir utama menurut Plato adalah Formulir yang Baik, dan pengetahuan Formulir ini adalah sumber pedoman dalam pengambilan keputusan moral. Plato juga berpendapat bahwa untuk mengetahui yang baik adalah melakukan yang baik. Akibat yang wajar dari hal ini adalah bahwa siapa pun yang berperilaku tidak bermoral tidak terbebas dari kebodohan. Kesimpulan ini mengikuti keyakinan Plato bahwa orang yang bermoral adalah orang yang benar-benar bahagia, dan karena individu selalu menginginkan kebahagiaan mereka sendiri, mereka selalu ingin melakukan hal-hal yang moral.[21]
Teori Seni
Plato memiliki pandangan dasar tentang antagonis seni dan seniman, meskipun ia menyetujui jenis agama dan moralistik tertentu merupakan seni. Sekali lagi, pendekatannya terkait dengan teorinya tentang Bentuk. Bunga yang indah, misalnya, adalah salinan atau imitasi dari “flowerness” Bentuk universal dan “keindahan.” kritik Plato tentang seniman adalah bahwa mereka tidak memiliki pengetahuan asli dari apa yang mereka lakukan. penciptaan Artistik, menurut Plato bahwa inspirasi seniman tampaknya berakar pada semacam kegilaan terinspirasi.
Dampak Plato pada pemikiran Yahudi terlihat dalam karya Philo dari Aleksandria 1st-abad filsuf Judaeus. Neoplatonisme, didirikan oleh Plotinus filsuf abad ke-3, adalah perkembangan selanjutnya penting dari Platonisme. Para teolog Clement dari Alexandria, Origen, dan St Agustinus adalah eksponen Kristen awal perspektif Platonik. ide-ide Platonis memiliki peran penting dalam pengembangan teologi Kristen dan juga dalam pemikiran Islam abad pertengahan.[22]
  1. 2. Filosofi Aristoteles
Sama halnya dengan Plato, Aristoteles juga mengemukakan tentang adanya dua pengetahuan yaitu pengetahuan indrawi dan pengetahuan akali. Pengetahuan indrawi merupakan hasil tangkapan keadaan kongkrik benda tertentu. Pengetahuan akali merupakan hasil dari tangkapan hakikat jenis benda tertentu. Pengetahuan indrawi mengarah kepada ilmu pengetahuan. Namun ia sendiri bukan ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan hanya terdiri dari pengetahuan akali. Itu sebabnya menurut plato dan Aristoteles tidak mungkin terdapat ilmu pengetahuan mengenai hal-hal yang kongkrit, melainkan yang ada hanyalah ilmu pengetahuan mengenai hal-hal yang umum.[23]. Akal tidak mengandung ide-ide bawaan melainkan mengabstraksikan ide-ide yang dipunyainya. Yaitu bentuk yang dipunyai benda-benda berdasarkan hasil tangkapan indrawi[24].
Bertentangan dengan Plato gurunya, Aristoteles berpendapat bahwa dunia yang sesungguhnya adalah dunia real, yaitu dunia nyata yang bermacam-macam, serta bersifat relative dan berubah-ubah. Dunia ide adalah dunia abstrak yang bersifat semu, terlepas dari pengalaman. Itulah sebabnya pandangan Aristoteles dikenal sebagai paham Realisme.[25] .
Selanjutnya Aristoteles dalam filosofinya yang kemudian dikenal sebagai bapak metafisika. Dimana difokuskan filosofinya pada persoalan tentang sesuatu yang ada dibalik (sesudah) dan yang fisis, dibalik ( konkrit) yang selalu berubah-ubah. Adapun teori Aristoteles yang dikenal antara lain 10 (sepuluh) kategori teori” aktus “dan “potensia”  dan teori hule morfisme. Aristoteles berpandangan bahwa setiap hal yang ada pasti ada dalam 10 kategori. Dari 10 kategori itu disederhanakan menjadi 2 (dua) yaitu Substansia dan aksidensia. Aksidensia dibagi menjadi dua yaitu yang mutlak (kualitas dan kuantitas) dan yang relative (tujuh) kategori lainya. Kesepuluh kategori itu adalah:
  1. Ada dalam substansi artinya setiap hal pasti berada di dalam dirinya sendiri, bukan yang lain, Sokrates, misalnya mutlak tetap berada didalam dirinya sendiri bukan dalam diri yang lain.
  2. Ada dalam kualitas artinya setiap hal pasti berada didalam kualitas sendiri, bukan yang lain, sokrates misalnya, tetap secara mutlak berada dalam sifatnya sebagai manusia, bukan binatang.
  3. Ada dalam kuantitas artinya setiap hal pasti berada didalam bentuknya sendiri, bukan yang lain, sokrates, misalnya, secara mutlak tetap dalam bentuk sebagai manusia, bukan berbentuk binatang.
  4. Ada dalam relasi, artinya setiap hal pasti berada didalam hubungannya dengan yang lain, sokrates misalnya selalu berada dalam hubungannya dengan keluarga dan murid-murid dan sebagainya.
  5. Ada dalam aksi artinya dalam hubungan dengan yang lain setiap hal pasti memainkan suatu peran. Terhadap keluargganya, sokrates, misalnya berperan sebagai kepala dan kepada murid-muridnya berperan sebagai guru.
  6. Ada dalam pasti, Artinya, setiap hal pasti menanggung derita atas aksi atau tindakan yang  diperankan. Contoh sokrates, misalnya harus mempertanggungjawabkan perannya baik sebagai kepala rumah tangga maupun perannya sebagai guru.
  7. Ada dalam space artinya setiap hal dalam eksistensinya pasti terikat dalam ruang atau tempat tertentu. Dalam melakukan seluruh kegiatan rumah tangganya. Sokrates pasti melakukan di dalam rumahnya sendiri.
  8. Ada dalam tempo artinya setiap hal dalam eksistensinya pasti terikat dalam waktu tertentu. Dalam melakukan seluruh kegiatan kehidupan keluargga, sokrates mengatur jadwal yang teratur.
  9. Ada dalam situs artinya setiap hal dalam eksistensinya pasti terikat dalam keadaan tertentu, dalam melakukan seluruh kegiatannya, sokrates tidak bias terbebas dari keadaan  dirinya dan situasi lingkungan alam.
10.  Ada dalam habitus artinya dalam eksistensinya setiap hal pasti terikat dalam kebiasaannya sendiri. Dalam melakukan seluruh kegiatannya, sokrates tidak bias melepaskan diri dari kebiasaanya sendiri misalnya, kebiasaan berdialog dalam perkuliahan.
Sehubungan dengan sepuluh kategori tersebut, Aristoteles juga dikenal dengan teori “Aktus potensinya. Aktus adalah dasar kesengguhan dan potensi adalah dasar perbuatan. Karena aktusnya maka hal sesuatu adalah dirinya sendiri. Disamping itu juga dikenal dengan teori Hule – morfisme-nya. Hule adalah materi dasar, sedangkan morfe adalah bentuknya. Dengan hule-nya sesuatu itu tetap tidak mengalami perubahan, dan morfe-nya sesuatu itu mengalami perubahan[26]
Pemikiran Aristoteles tentang filsafat bahasa tidak bisa dipisahkan dengan logika yang dalam karyanya disebut “arganon, secara luas dikenal dengan istila logika tradisonal dalam organ Aristoteles menjelaskan bahwa logika tradisonal itu meliputi pengertian dan penggolongan artian, keterangan, batasan, susunan fikir, penyimpulan langsung dan sesat pikir (liang Gie 1975:21 dalam[27]). Dari sepuluh kategori  subtansilah yang menjadi pokok, yang lain merupakan penyebut dan penentu. Suatu pertimbangan benar bila isi pertimbangan itu sepadan dengan keadaan yang nyata, atau pada pertimbangan negative bila pemisahan pada isi pernyataan sama dengan pemisahan pada keadaan yang nyata.[28]
Gagasan Aristoteles tentang ketertautan antara filsafat dengan ilmu-ilmu lainnya belum terkelupas dengan sempurna, karena ia harus menghadap pangilan dewa dalam kehidupan rasional dan mistik. Ia terlebih dahulu meninggal dunia sebelum cita-cita filosofinya terungkap dengan maksimal. Hal yang dapat diungkapkan dari ucapan-ucapan aristoteles, meskipun sepintas, pada dasarnya, semua buah pikiran manusia adalah praktika atau poitika atau teoritika. Pratika, apabila ia berhubunhan dengan sikap manusia atau behavioristik, politika apabila ia berhubungan dengan bangunan estetika dan keindahan kata, teoritika jika menyelidiki adanya yang nyata. Aristoteles membangun tiga pendekatan tersebut melalui Akademia. Menurut pembagian itu, filsafat teoritika adalah fisika yang mengupas segala sesuatu yang berubah-ubah dan yang tidak terpisah, sebagaimana matematik mengupas yang tidak berubah-ubah, yang tidak terpisah. Adapun metafisika atau teologi mengupas yang tidak berubah-ubah yang dapat dipisah.Filsafat tentang etika adalah bagian ekonomi politik yang mengupas sikap, prilaku manusia dalam keluarga dan Negara. Fisafat politik mewujudkan pembagunan teknik dan seni mengatur dan mengelolah pemerintahan atau bangsa dan Negara.[29]
Menurut Aristoteles realitas yang objektif tidak saja tertangkap dengan pengertian, tetapi juga bertepatan dengan dasar-dasar metafisika dan logika yang tertinggi. Dasar itu terdiri dari:
  1. 1. Semua yang benar harus sesuai dengan adanya sendiri, tidak mungkin ada kebenaran kalau didalamnya ada pertentangan. Ini dikenal dengan hukum identika
  2. 2. Dari dua pertanyaan tentang sesuatu , jika yang satu membenarkan dan yang lain menyalahkan, hanya satu yang benar. Ini disebut hukum Penyangkalan (kontradikta) inilah yang terpenting  menurut  Aristoteles dari segala prinsip.
  3. 3. Antara kedua pernyataan yang bertentangan mengiyakan dan meniadakan, tidak mungkin ada pernyataan ketiga. Dasar ini disebut hukum Penyingkiran
Aristoteles berpendapat bahwa ketiga hukum itu tidak saja berlaku bagi jalan pikiran, tetapi juga seluruh alam takluk kepadanya. Ini menunjukan bahwa hal membandingkan dan menarik kesimpulan harus mengutamakan yang umum. (Ahmad Syadali, 2004 : 124 dalam[30]
Aristoteles  dikenal juga sebagai Filsuf realis, dan sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Sumbangan yang sampai sekarang masih digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah menganai abstraksi, yakni aktivitas rasional dimana seseorang memperoleh pengetahuan, menurut Aristoteles ada tiga macam abstraksi yaitu:
  1. Abstraksi fisis
  2. Abstraksi matematis
  3. Abstraksi metafisis
Tahap pertama Abstraksi fisika/fisis dimanaa kita mulai berfikir kalau kita mengamati sesuatu keheranan, kesangsian dan kesadaran akan keterbatasan baru dapat timbul kalau sesuatu diamati lebih dahulu.
Tahap kedua matematis, kita masih dapat melepaskan, mengabstraksi lebih banyak lagi kita dapat melepaskan materi yang kelihatan dari semua perubahan itu. Itu terjadi kalau akal budi melepaskan dari materi hanya segi yang dapat dimengerti seperti menghitung dan mengukur.
Tahap ketiga teologi akhirnya kita dapat mengabstraksi dari semua materi, baik materi yang dapat diamati, maupun  materi yang dapat diketahui, kalau kita berpikir tentang keseluruhan kenyataan, tentang asal dan tujuannya, tentang jiwa manusia tentang kenyataan yang paling luhur, tentang tuhan, lalu tidak hanya bidang fisika, melainkan juga bidang metafisis yang ditinggalkan.[31]
Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan membuang unsur-unsur individual untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis. Sedangkan abstraksi dimana subjek menangkap unsur kuantitatif dengan menyingkirkan unsure kualitatif disebut abstraksi matematis. Abstraksi dimana seseorang menangkap unsur-unsur yang hakiki dengan mengkesampingkan unsur-unsur lain disebut abstraksi metafisis.[32].



[1]Atang H Abdul dan Saebani A Beni 2008. Filsafat umum dari mitologi sampai teofilosofi Pustaka setia Bandung

[2] Hatta Muhammad, Alam pikiran yunani (Jakarta:Universitas Indonesia, 1986)
[3] ibid
[4] ibid
[7] Hatta Muhammad dalam http://dakir.wordpress.com/2009/03/21/filsafat-socrates/ diakses 10-10-2010,
[8] http://id.wikipedia.org/wiki/Socrates. Akses 10-10-2010
[9] Kalean H. 2009.Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermeneutika.,Paradigma Yokyakarta
[10] ibid
[11] Atang H Abdul dan Saebani A Beni 2008. Filsafat umum dari mitologi sampai teofilosofi Pustaka setia Bandung
[12] ibid
[13] ibid
[14] Microsoft Encarta home page.  http://www.encarta.msn.com akses 12 Oktober 2010
[15] ibid
[16] Microsoft Encarta home page.  http://www.encarta.msn.com akses 12 Oktober 2010
[17] Microsoft Encarta home page.  http://www.encarta.msn.com akses 12 Oktober 2010
[18] Atang H Abdul dan Saebani A Beni 2008. Filsafat umum dari mitologi sampai teofilosofi Pustaka setia Bandung
[19] Atang H Abdul dan Saebani A Beni 2008. Filsafat umum dari mitologi sampai teofilosofi Pustaka setia Bandung

[20] ibid
[21] Atang H Abdul dan Saebani A Beni 2008. Filsafat umum dari mitologi sampai teofilosofi Pustaka setia Bandung

[22] Microsoft Encarta home page.  http://www.encarta.msn.com akses 12 Oktober 2010
[23] Mustansyir R dan Munir M, 2008. Filsafat Ilmu. Pustaka Belajar Yokyakarta.
[24] ibid
[25] Suhartono S. 2009. Filsafat Pendidikan. BP UNM Makassar.
[26] Suhartono S. 2009. Filsafat Pendidikan. BP UNM Makassar
[27] Kalean H. 2009.Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermeneutika.,Paradigma Yokyakarta
[28] Atang H Abdul dan Saebani A Beni 2008. Filsafat umum dari mitologi sampai teofilosofi Pustaka setia Bandung

[29] Atang H Abdul dan Saebani A Beni 2008. Filsafat umum dari mitologi sampai teofilosofi Pustaka setia Bandung
[30] ibid
[31] Hamersma Harry, 1981 Pintu Masuk Ke Dunia Filsafat. Kanisius Jogyakarta.
[32] Surajiwo, 2009. Filsafat Ilmu dan perkembangannya di Indonesia. Bumi Aksara Jakarta.

0 komentar: